Upacara Seba yang Berbeda

Sempat ada tarik ulur mengenai waktu penyelenggaraan upacara Seba tahun ini antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten dengan Masyarakat Suku Baduy. Dengan alasan tertentu, Disbudpar provinsi Banten meminta masyarakat Baduy memajukan waktu penyelenggaran upacara Seba agar waktunya tepat. Namun pada akhirnya, upacara Seba tahun ini tetap berlangsung sesuai rencana awal: tanggal 17, 18, 19 Mei 2013.

Tahun ini Penulis berkesempatan kembali mengikuti salah satu adat tradisi suku Baduy yang biasa dilaksanakan setahun sekali. Ada beberapa, bahkan banyak perbedaan -walau bukan hal mendasar, yang Penulis temukan secara kasat mata dalam upacara Seba tahun ini dibanding upacara Seba tahun-tahun sebelumnya. Pada tulisan ketiga tentang upacara Seba ini, Penulis hanya ingin menyampaikan perbedaan-perbedaan yang dilihat secara kasat mata tersebut.

Untuk yang belum tahu apa itu upacara Seba, silahkan baca tulisan Penulis sebelumnya, Upacara Seba (1) dan Upacara Seba (2).

Perbedaan pertama dimulai dari diri Penulis. Jika tahun lalu hanya dari Rangkasbitung menuju Serang, tahun ini Penulis berkesempatan mengikuti upacara Seba dari perjalanan awal di Kaduketug hingga ke tujuan akhir di Kota Serang.

Selain itu, tahun ini Penulis mencoba berjual beli pernak-pernik dan hasil kerajinan warga Baduy selama kegiatan upacara Seba berlangsung. Jual beli tersebut dilakukan dengan sistem murabahah (maklum lah mahasiswa ekonomi Islam).

Selain itu juga, saat perjalanan dengan sepeda ‘mengawal’ rombongan Baduy dalam dari Rangkasbitung menuju Serang, ban sepeda Penulis mengalami kebocoran. Hingga akhirnya memutuskan berjalan bersama rombongan Baduy dalam berjalan kaki menghabiskan sisa setengah perjalanan.

Selain itu juga (masih ada lagi), Penulis berhasil mendokumentasikan seluruh rangkaian upacara Seba tahun ini dengan tidak menggunakan kamera pinjaman lagi. Alhamdulillah. 🙂

Perbedaan selanjutnya dari upacara Seba itu sendiri. Upacara Seba tahun ini merupakan Seba Gede. Dan juga merupakan Seba terbesar yang pernah dilaksanakan. Upacara Seba tahun 2012 kemarin hanya diikuti oleh 1439 warga Baduy, yang terdiri dari 1388 orang Baduy luar dan 51 Baduy dalam. Namun tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 1779 yang terdiri dari 1709 Baduy luar dan 70 Baduy dalam. Karena merupakan Seba Gede, hasil pertanian yang dibawa pun lebih banyak. Dan tidak hanya hasil pertanian, namun juga membawa alat-alat yang biasa digunakan masyarakat Baduy sehari-hari: dulang, nyiru, aseupan bahkan golok.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya penerimaan oleh Bupati Lebak atau Bapa Gede dilaksanakan setelah waktu Isya, sekitar jam 8 malam. Kali ini acara didilaksanakan setelah waktu maghrib, dan berlangsung tidak di pendopo. Dan acaranya pun tak lebih dari setengah jam (karena tidak ada dialog antara Bapak Gede dan warga masyarakat Baduy). Penulis sempat kecolongan, karena tidak menghadiri acara tersebut. Dan pemberitahuan ini pun ternyata mendadak, karena rencana awal memang akan dilaksanakan seperti biasa, jam 8 malam di Pendopo Kabupaten Lebak.

Esoknya, jika seperti biasanya warga Baduy dari Rangkasbitung langsung menuju Pendopo Gubernur di Kota Serang, kali ini 1779 warga Baduy diminta mampir ke Disbudpar di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) di daerah Palima. Baru kemudian melanjutkan menuju pendopo Gubernur Banten di Pusat Kota Serang dengan berjalan kaki bersama untuk mengikuti acara pada malam harinya.

Malam harinya, upacara Seba tahun ini dihadiri oleh tamu undangan dari berbagai negara: Belanda, Australia. Penulis menemukan beberapa turis duduk di barisan depan bersama jajaran dari pemerintahan provinsi Banten.

Berbeda dari sebelumnya juga, ketika acara penerimaan dan dialog hampir selesai, Gubernur Banten atau Ibu Gede menyempatkan berfoto ditengah-tengah 1779 warga Baduy yang memadati pendopo Gubernur Banten semenjak sore. Hal ini sempat tak direncanakan juga, karena sebelumnya Ibu Gede hendak meninggalkan tempat, namun diminta beberapa wartawan untuk menuju tengah kerumunan warga Baduy dan berfoto bersama mereka sambil melambaikan tangan.

Itu beberapa perbedaan yang Penulis temukan selama 3 hari kemarin. Ada perbedaan-perbedaan tak kasat mata pula yang Penulis yang temukan dalam upacara Seba tahun ini. Namun sepertinya itu butuh tulisan tersendiri untuk menyampaikannya.

Berikut beberapa momen-momen yang berhasil Penulis dokumentasikan selama rangkaian upacara Seba beberapa hari yang lalu.

Foto-foto lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *