Nahdlatul Wathan: Semangat Kebangkitan Bangsa di Tengah Distorsi Ummat

Barangkali, lebih banyak dari kita yang hanya tahu nama Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah saat ditanya tentang organisasi kemasyarakatan Islam di Indonesia. Terlebih keduanya sering dikaitkan dengan ormas keagamaan yang mengelola tambang di pemberitaan akhir-akhir ini. Jika di Surabaya ada Nadhlatul Ulama (NU), di Yogyakarta ada Muhammadiyah, yang kedunya menjadi organsisasi Islam terbesar yang bergerak di Pendidikan, di Banten ada Mathla’ul Anwar (MA), maka di Nusa Tenggara Barat ada Nahdlatul Wathan (NW) yang menjadi pilar pendidikan dan dakwah di Indonesia. Saya mengenal nama Nahdlatul Wathan saat mengenal nama Gubernur NTB periode 2008 – 2018, Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang yang tak lain adalah cucu dari pendiri Nahdlatul Wathan, TGH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

Sejarah Singkat dan Latar Belakang

Nahdlatul Wathan berarti berarti “Kebangkitan Tanah Air”, yang merupakan sebuah organisasi massa Islam yang berbasis di Nusa Tenggara Barat (NTB). Didirikan pada 1 Maret 1953 oleh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. NW memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di wilayah NTB. Organiasasi ini memfokuskan gerakannya di bidang pendidikan, sosial dan dakwah.

NW lahir dari keprihatinan terhadap kondisi pendidikan dan sosial masyarakat di NTB pada masa itu. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memiliki visi untuk membangun masyarakat yang berilmu, berakhlak mulia, dan mandiri. Melalui NW, beliau berupaya mewujudkan cita-cita tersebut dengan fokus pada pengembangan pendidikan, dakwah, dan sosial.

Menurut Ensiklopedia Sejarah Indonesia (ESI) Kemdikbud, berdirinya organisasi massa Islam ini berawal dari Pesantren al-Mujahidin (1934) di Lombok. Kemudian bertransformasi menjadi Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI). Keduanya merupakan madrasah yang memadukan sistem pendidikan klasikal dan modern, sehingga menarik animo masyarakat. Hingga tahun 1952/1953, NWDI dan NBDI telah memiliki 66 madrasah yang tersebar di NTB. Kondisi tersebut mendorong berdirinya suatu organisasi yang berfungsi untuk membina dan memelihara seluruh kegiatan sekolah. Maka terbentuklah Nahdlatul Wathan sebagai sebuah organisasi struktural dan resmi.

Pilar-Pilar Utama Nahdlatul Wathan

Gerakan Nahdlatul Wathan bertujuan untuk memajukan bangsa Indonesia, khususnya daerah Nusa Tenggara Barat, agar bisa bangkit dari kekurangan dan keterbelakangan. Hadirnya NW ini merupakan respons atas kondisi umat Muslim dan situasi politik nasional yang tidak stabil, terjadinya distorsi di berbagai bidang akibat penetrasi Barat lewat kolonialisme dan imperialisme.

Makna penting yang terkandung dari NW tidak hanya sekedar  mendirikan sekolah-sekolah dan mendidik para calon-calon ulama saja, melainkan memiliki makna mendalam, yaitu “kebangkitan bangsa” atau “kebangkitan nasionalisme”. NW memiliki beberapa pilar utama dalam menjalankan aktivitasnya, yaitu:

Pendidikan Nahdlatul Wathan

NW sangat mementingkan pendidikan sebagai kunci kemajuan ummat. Mereka mendirikan berbagai lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kurikulum yang diajarkan tidak hanya berfokus pada ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Mereka mengelola beberapa jenis lembaga pendidikan, seperti Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin, Madrasah Tsanawiyah Mu’allimat, Madrasah Aliyah Mu’allimin, Madrasah Aliyah Mu’allimat, SMA. Juga Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan, Institut Agama Islam HAMZANWADI, dan beberapa Fakultas umum.

Dakwah Islam

Dakwah merupakan salah satu pilar penting dalam NW. Melalui dakwah, NW berusaha menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan membina umat agar menjadi pribadi yang lebih baik. Dikutip dari website NWDI, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid melalui NW sangat berjasa dalam mengubah masyarakat NTB dari keyakinan semula yang mayoritas animisme, dan dinamisme menuju masyarakat NTB yang islami. Buah perjuangan beliau jugalah yang menjadikan Pulau Lombok sehingga dijuluki Pulau Seribu Masjid. Karena di seluruh kampung di Lombok pasti kita temukan masjid untuk tempat ibadah, baik yang berukuran kecil maupun besar. Dakwah yang beliau lakukan melaui organisasi yang didirikannya sangatlah membawa pesan-pesan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Sosial

NW juga aktif dalam kegiatan sosial. Mereka memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti korban bencana alam, masyarakat miskin, dan anak yatim.

Kontribusi Nahdlatul Wathan bagi Indonesia

Nahdlatul Wathan sejajar dengan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, meski dari segi praktik ritual keagamaan lebih dekat dengan NU, karena pendiri NW sebelumnya adalah kader NU. Organisasi Islam ini termasuk Islam tradisionalis dengan kecenderungan praktik Sunni yang toleran terhadap budaya lokal. Selain berbekal pada sumber hukum Islam seperti Qur’an dan Hadits, ijmak dan qiyas, anggotanya juga dibekali buku karangan langsung Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai panduan hidup berupa buku wasiat dan tarekat hizib Nahdlatul Wathan. Adapun kontribusi NW bagi Indonesia sangatlah besar. Beberapa di antaranya adalah:

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Organisai NW telah berhasil mencetak banyak generasi muda yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang tinggi. Alumni NW banyak yang menempati posisi penting di berbagai bidang, baik di pemerintahan maupun di swasta. Ada ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelembagaan NW yang tersebar di seluruh Indonesia dan mancanegara.

Pelestarian Budaya Islam

NW berperan penting dalam melestarikan budaya Islam di Indonesia, khususnya di NTB. Mereka mengadakan berbagai kegiatan keagamaan seperti pengajian, tabligh akbar, dan peringatan hari besar Islam. Nama NW pada perkembangannya menjadi tarekat hizib nahdlatul wathan yang memberikan andil dalam pengimplementasian tradisian keagamaan yang berbasis Ahlussunnah Wal Jamaah yang mengajarkan islam yang moderat.

Pemberdayaan Masyarakat

NW aktif dalam memberdayakan masyarakat, terutama di daerah-daerah tertinggal. Mereka memberikan pelatihan keterampilan, bantuan modal usaha, dan berbagai program pemberdayaan lainnya.

Tantangan dan Harapan

Meskipun telah banyak berkontribusi bagi bangsa dan negara, NW juga menghadapi berbagai tantangan, seperti perkembangan teknologi yang begitu cepat dan pengaruh budaya asing yang semakin kuat. Namun, NW terus berupaya untuk beradaptasi dengan zaman dan tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Harapannya, NW akan terus menjadi organisasi yang dinamis dan mampu menjawab tantangan zaman. Dengan semangat kebersamaan dan kerja sama yang baik, NW akan semakin maju dan berkembang serta memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Jaringan Nahdlatul Wathan

Hingga 2016, tercatat lebih dari 1.000 madrasah NW didirikan. Lembaga pendidikan ini mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kini jumlah itu semakin bertambah tidak hanya di NTB, namun di berbagai daerah. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan di Jakarta. Ponpes Nahdlatul Wathan Jakarta ini adalah salah satu bagian dari jaringan organisasi Nahdlatul Wathan di yang tersebar hampir di seluruh Indonesia.

Ponpes Nahdlatul Wathan memiliki fokus pada pengembangan pendidikan anak-anak dan remaja, dengan tujuan untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan memadai bagi generasi muda. Biasanya, Ponpes akan mengelola sekolah-sekolah, madrasah, atau pusat pendidikan lainnya yang mendukung pembelajaran dan perkembangan anak-anak. Ponpes Nahdlatul Wathan berperan dalam mendukung visi dan misi dari Nahdlatul Wathan dengan menyediakan fasilitas dan program pendidikan yang sesuai dengan ajaran dan prinsip organisasi tersebut.

Secara legal, Ponpes Nahdlatul Wathan berada di bawah Yayasan Mi’Rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta. Yayasan ini berdiri pada tahun 2007, dan telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu institusi pendidikan Islam yang terkemuka di Jakarta. Ada pun visi dari Yayasan Mi’Rajush Shibyan Nahdlatul Wathan adalah menciptakan generasi yang berakhlakul karimah dan mampu bersaing di era global, serta menciptakan lembaga pendidikan, sosial, dakwah, dan ekonomi berdasarkan iman dan takwa. Misi yayasan ini adalah meneruskan semangat pendiri Nahdlatul Wathan, Maulana Syaikh TGKH. Zainuddin Abdul Madjid, untuk membawa Islam rahmatan lil alamin kepada seluruh manusia dengan mengembangkan pendidikan formal dan nonformal yang unggul dan berkualitas.  

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *