Catatan Perjalanan (1)

“Tak ada yang diambil selain foto dan pelajaran. Tak ada yang ditinggalkan selain jejak dan kenangan.”

– Seseorang dalam perjalanan.

Perjalanan biasa dilakukan sendirian atau bersama-sama. Dengan keluarga, teman-teman, pasangan, atau pun orang yang baru dikenal. Tapi pada akhirnya kita akan setuju bahwa perjalanan bersama siapa pun akan menyenangkan dilakukan. (Orang menyebalkan menjadi pengecualian.)

Rasa-rasanya jarang sekali saya melakukan perjalanan dengan jumlah teman perjalanan lebih dari 3 orang: 11 orang, kecuali sedang membawa rombongan atau ikut open trip. Dengan teman perjalanan sebanyak itu, mungkin ukuran 4 hari 3 malam  menjadi terlalu lama bagi mereka yang tak biasa. Bahkan menjadi merepotkan ketika destinasi yang dituju lebih dari satu dan semuanya direncanakan sendiri dari awal pergi hingga pulang kembali. Beberapa destinasi di antaranya diputuskan di jalan.

Menjelajahi daerah yang tak satu pun dari kami pernah tinggal di dalamnya lebih dari seminggu, -bahkan ada yang baru mengunjungi, adalah hal yang tak mudah. Menyusun itinerary sendiri, berkendara tanpa kendaraan pribadi, tertinggal kereta api, agenda yang batal karena jarak dan cuaca, – atau hanya sekedar salah informasi dan riset kurang dalam, adu ide dan solusi menentukan tempat bermalam, hingga perkara dana untuk makan, sewa angkot atau pun ngeteng adalah bumbu yang hadir menghiasi perjalanan 4 hari kemarin.

Perjalanan bersama adalah arena latihan untuk mengendalikan ego setiap dari kita, melatih daya improvisasi yang kita punya, hingga mengenal lebih dekat satu sama lainnya. Dalam perjalanan bersama kita juga akan dipertontonkan berbagai macam pertunjukan sebagai bentuk pengejewantahan kepribadian seseorang. Kebiasaan-kebiasaan orang lain yang kadang bersitegang dan bersinggungan dengan kebiasaan kita akan kita saksikan. Lalu kita punya persepsi berbeda dengan yang selama ini kita punya terhadapnya. Makin mengenal dan berusaha memahami.

Bandung Laskar Pengembara
12 Laskar Pengembara

Akhirnya adalah tak salah pada Bandung kami menjatuhkan pilihan. Semoga ia dan segala yang telah dilalui selama 72 jam di sana menjadi pupuk persahabatan. Kita tahu sendiri mengelilingi Bandung, baik kabupaten atau pun kota tak cukup hanya 4 hari. Tapi saya yakin, Banjaran, Citeureup Indeung, Gunung Puntang, Air terjung Kahuripan, Kolam Cinta, Goa Belanda, Tebing Karaton, Masjid Raya, Jalan Asia Afrika, Jalan Braga, Taman Jomblo, Taman Cikapayang Dago, Lapangan Gasibu, Gedung Sate, Taman Lansia, Museum Geologi, Museum Pos, hingga stasiun Kiara Condong dan segala apa yang membersamainya, -termasuk abang sopir yang ngabodor sepanjang jalan, akan menjadikan semua yang ikut serta dalam perjalanan akan saling mengenal lebih baik dan lebih dalam dari sebelum-sebelumnya. Jika pun tidak, saya yakin ia telah memberikan efek pada masing-masing dari kita. Setidaknya kantong menjadi lebih tipis. :p

Maka persis seperti yang diucapkan seorang bijak: lakukanlah perjalanan, maka dengan itu kau akan tahu watak sebenarnya seorang teman.

Namun jika harus memilih, sejujurnya aku lebih nyaman beperjalanan sendiri. Walaupun pada akhirnya aku akan, dan harus beperjalanan tak sendirian. Ya, minimal berdua: denganmu.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *