Pindah ke Bandung

Saya mendapati diri bersama istri dan kedua anak saya terbaring di atas sebuah dipan dalam sebuah ruang kamar 4 meter persegi pada sebuah subuh akhir pekan di sebuah daerah yang tak pernah kami sangka akan tinggal di dalamnya untuk beberapa waktu yang tak dapat ditentukan ke depan: Bandung.

Bandung adalah sebuah nama bagi daerah yang cukup terkenal di Indonesia. Secara pribadi, ada 5 daerah dengan nama Bandung yang saya kenal selama ini: Bandung sebagai desa di Kebumen, Jawa Tengah; Bandung sebagai kecamatan di Serang, Banten dan juga di Tulungagung, Jawa Timur; Dan tentu Bandung sebagai kota dan kabupaten yang paling populer yang hampir semua orang juga mengenalnya di Jawa Barat. Tahun 2022 ini, kami sekeluarga pindah ke salah satu Bandung tersebut.

Pindah ke Bandung

Semenjak istri memutuskan bekerja tahun lalu, hidup kami menjadi seperti roller coaster kembali. Sepasang suami istri beranak balita dua sebagai pekerja dengan pengasuhan kedua anaknya tidak ingin diserahkan kepada orang lain membutuhkan strategi yang tak mudah secara teori, apalagi praktik. Terlebih anak yang kedua baru lahir beberapa bulan lalu. Ke-roller coaster-an kami makin bertambah dengan (di)pindah(kan)nya tempat kerja istri ke daerah baru, Bandung tadi.

Bandung yang kami harapakan sesungguhnya adalah Bandung sebagai kota atau kabupaten di Jawa Barat. Kota kembang di tanah Pasundan dengan julukan Paris van Java yang memikat. Daerah yang juga tempat saya bekerja sebagai editor pada sebuah lembaga sosial berada dan pada sebuah yayasan di mana saya sebagai sekretarisnya beralamat. Tapi harapan kami tak sesuai dengan kenyataan. Bukan ke Bandung itu istri (di)pindah(kan), namun ke Bandung sebagai sebuah kecamatan di Kabupaten Serang.

Sebagai abdi negara, tak ada yang bisa diperbuat selain patuh dan ikut atasan. Ya kecuali Anda punya orang dalam. Hha.. Sebagai suami, adalah sebuah kewajiban mendukung segala pilihan istri, selama tidak melalaikan kewajiban utama dan pribadi.

Salah satu akses dari dan ke kecamatan Bandung dari dan ke arah Cikeusal, Serang, Banten. Satu-satunya ‘angkutan umum’ yang ada di Bandung selain ojek.

Hidup Berpindah-pindah

Hidup berpindah-pindah walau bukan nomaden sebagaimana hidup seorang pengembara adalah hal yang kami cukup terbiasa dengannya. Secara statistik, terhitung semenjak menikah 5 tahun 8 bulan lalu, kami mengalami momen pindah sebanyak 8 kali. Artinya hampir setiap 8,5 bulan kami berpindah tempat tinggal. Dan pindah ke Bandung ini adalah pindah yang ke-9 kali. Artinya setiap 7,5 bulan, atau hampir setiap semester kami berpindah tempat tinggal. Data itu akan terus berubah dan makin pendek jika nanti kami berpindah lagi dalam waktu dekat.

Melihat lebih jauh ke belakang, sesungguhnya saya pribadi tak pernah memiliki masalah dengan pindahan hampir setiap semester ini. Semenjak di boarding school di SMAN CMBBS dulu, dan ketika pernah hidup di kost-an sudah terbiasa dengan pindahan ini. Kegiatan pindahan kamar dan berganti teman kamar setiap semester adalah hal yang biasa bagi anak yang hidup di boarding school. Waktu kecil hingga remaja pun saya merasakan pindah rumah sebanyak 3 kali.

Namun kadang saya merasa iba pada istri yang baginya hidup berpindah-pindah ini adalah hal yang teramat baru baginya. Seumur hidupnya hingga sampai menikah dengan saya, tak pernah ia sekali pun berpindah tempat tinggal. Kita pasti tahu, yang pertama dilakukan pasti berat sekali. Apalagi pada hal-hal yang tak sepenuhnya sesuai harapan. Namun waktu selalu menjadi obat bagi setiap kepahitan.

Pindah rumah memang cukup melelahkan bagi yang tak biasa. Karena diakui atau tidak, kegiatan satu ini cukup menguras banyak konsentrasi dan tenaga. Untungnya barang-barang kami tak terlalu banyak. Dan sesungguhnya pindahan kami bukan pindahan besar-besaran dengan membawa semua barang-barang kepunyaan. Bahkan beberapa kali kami pindahan, hanya menggunakan kendaraan roda dua. Semua dibawa dengan motor, termasuk kasur tempat kami tidur. Itu terjadi saat pindah dari kontrakan dari dan ke mess di sekolah. Kisah tentang mess, bisa baca di sini.

Pindahan dari dan ke Mess
Pindahan dari dan ke Mess di SMAN CMBBS

Penelitian Tentang Pindahan

Yang saya cukup khawatirkan sebenarnya tentang berpindah-pindah ini adalah pada anak-anak. Walau setelah melahirkan anak pertama, kami baru pindah 2 kali, dan ini yang pertama bagi anak kedua kami. Kata Foteini Tseliou dari Queens University yang sudah melakukan penelitian tentang pindahan pada anak, bahwa rata-rata partisipan yang berusia 8 tahun mengalami gangguan mental sampai stres selama mereka pindah rumah bersama keluarga. Kata Bang Feti ini, bagi anak-anak berpindah rumah tidaklah mudah apalagi jika mereka sudah memasuki masa remaja.

Namun kata Alison Cork, yang seorang ahli di bidang pindahan rumah bilang, pindah rumah tidak seharusnya sampai memicu stres. Fase tersebut seharusnya menjadi proses menyenangkan untuk memasuki kehidupan baru, menjalani dan menemukan hal-hal baru, termasuk memiliki tetangga baru.

Kekhawatiran saya juga jadi tidak terlalu besar, setelah mengetahui bahwa hasil penelitian bang Fote menyebut bahwa orang tua yang bercerai merupakan penyebab paling umum anak pindah rumah. Artinya mereka pindah rumah karena bercerai. Jadi (mungkin) sebenarnya pemicu gangguan mental anak bukan karena pindah rumah itu sendiri. Bisa jadi mungkin karena orang tua berpisah tadi. Juga penelitian itu berdampak pada anak usia 8 tahun dan remaja yang sudah memiliki lingkungan bermain dan pertemanan yang cukup kuat. Penelitian itu justru kembali membuktikan sebuah studi yang menjelaskan adanya koneksi antara kesehatan mental dengan keadaan dan lingkungan rumah. Jadi fokusnya justru pada keadaan dan lingkungan rumah tempat anak-anak tinggal.

Sebuah Harapan

Terlepas dari semua itu, tumbuh kembang anak-anak kami mesti didukung oleh kestabilan dan keamanan di rumah kami. Dan tentunya harus juga mendapat dukungan dari lingkungan rumah, sekolah, teman sebaya. Sebagai pengingat saja, salah satu pertimbangan kami pindah tempat tinggal dekat dengan tempat bekerja juga agar si bungsu yang baru menginjak 3 bulan dapat ASI eksklusif langsung dari ibunya.

Bagi saya pribadi semenjak dulu, pindahan ke tempat baru selalu saja membawa sebuah harapan baru. Semoga pindahan ke tempat baru ini menjadi awal untuk memulai banyak hal baru. Tempat baru, suasana baru, tetangga baru, teman-teman baru, mungkin saudara baru, tempat kerja baru, rutinitas baru, kebiasaan-kebiasaan baik baru, petualangan baru, dan hal-hal baru lainnya yang menjadikan kami pribadi yang lebih baik lagi. Dan juga semoga pindahan ini juga jadi sebuah pembelajaran. Pembelajaran bagi saya sebagai suami, juga bagi istri pribadi, serta mungkin bagi anak-anak yang akan kami temani masa tumbuh kembangnya.

Bandung, pada sebuah subuh di awal Februari dua ribu dua puluh dua.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *