Muslim Mengisi Kemerdekaan

Hari ini Jum’at 17 Agustus bertepatan dengan 17 Ramadhan 73 tahun lalu, kita sebagai bangsa Indonesia memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka dari keterjajajahan bangsa lain. Kemerdekaan adalah salah satu bentuk nikmat dan rahmat yang Allah berikan kepada kita yang patut kita syukuri, selain nikmat iman dan islam.

Kemerdekaan adalah kenikmatan dari Allah SWT. Setiap nikmat itu menjadi pembuka atau penutup pintu nikmat lainnya. Kita sering menginginkan nikmat, padahal rahasia yang bisa mengundang nikmat adalah syukur atas nikmat yang ada. Jika sekadar mengenang, itu hanya membuat kita terlena dengan romantisme sejarah, sedang bersyukur merupakan gairah pengundang kenikmatan yang lebih besar. Sebagaimana Allah pun menekankan dalam firman-Nya dalam surat Ibrahim ayat 7 :

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَْرتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Yang artinya : “Jika kamu bersyukur niscaya Aku akan menambahkan nikmat-Ku kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari sesungguhnya adzab-Ku sangatlah pedih.”

Kita sebagai umat Islam yang berjumlah mayoritas di negeri ini sudah seharusnya mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya. Agar menjadi bukti penghargaan kepada para pendahulu dan pahlawan bangsa ini yang juga mayoritas muslim, sekaligus agar Allah SWT menambah nikmat-nikmatnya kepada bangsa ini. Ada beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam mengisi kemerdekaan ini:

Pertama, iqamatus shalah, mendirikan shalat dalam rangka membangun moralitas dan akhlaq mulia. Suatu bangsa atau institusi akan dapat langgeng ketika memiliki moralitas dan kredibilitas yang tinggi. Kunci membangun moralitas terletak pada pelaksanaan ibadah shalat, dan ketaatan kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT.

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ

”Sesungguhnya shalat mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar”. (Al Ankabut: 45)

Kedua, itauz zakah, menunaikan zakat dan sedekah sebagai bentuk kepedulian sosial. Karena agama Islam tidaklah hanya mengurusi masalah rohani dan akhirat saja, namun juga sangat memperhatikan keseimbangan kehidupan sosial bermasyarakat. Itu dibuktikan dengan anjuran di banyak tempat di Al Qur’an, penyebutan perintah shalat selalu diiringi dengan perintah berzakat . Mengeluarkan harta yang kita punya untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya adalah dalam rangka membersihkan harta kita dari yang tidak halal atau yang masih samar-samar. Hal itu juga sebagai upaya untuk mengerem nafsu pelit dan bakhil dalam diri kita, karena kecenderungan kita itu cinta terhadap harta dan dunia.

Ketiga, amar makruf nahi munkar. Mengajak pada kebaikan dan mencegah kejahatan. Tingkatan amar makruf dan nahi mungkar sudah diatur dalam agama. Yaitu dengan pendekatan kekuasaan atau tangan, bagi yang berwenang. Dengan lisan atau nasihat bagi siapa pun yang bisa mampu memberikan nasihat. Jika keduanya tidak bisa dilakukan, maka dengan pengingkaran dalam hati. Inilah selemah-lemah iman seseorang.

Dan terakhir yang keempat, mengembalikan urusan kepada Allah semata. Ketika usaha untuk membangun moralitas dan akhlakul karimah lewat pelaksanaan ibadah shalat, dan menumbuhkan kepedulian sosial yang dibuktikan dengan mengeluarkan zakat, serta proses amar makruf dan nahi munkar sudah dijalankan dengan seimbang, maka selebihnya kita serahkan urusan kehidupan kepada kehendak Allah SWT. Karena Dia-lah yang akan mengatur urusan seluruh manusia. Dan Allah SWT pasti menepati janji–Nya, yaitu akan menolong orang yang mengikuti kehendak–Nya. Allah SWT berfirman:

وَشَاوِرْهُمْ فِي اْلأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللِه إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

”Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada–Nya.” (Ali Imran: 15)

Kaum muslimin yang dirahmati Allah ta’ala, dengan momentum kemerdekaan, semoga kita dapat mensyukuri apa yang telah Allah berikan kepada kita sebagai pribadi dan sebagai sebuah bangsa. Bersyukur dengan hati, lisan dan perbuatan sebagai bentuk ibadah dan wujud ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *