Allah SWT telah menetapkan jalur-jalur kebaikan dan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat. Sebagaimana Allah-pun telah menentukan pula jalur-jalur keburukan. Barang siapa yang mengikuti jalur kebaikan dan kebahagiaan pastilah Allah SWT jamin kesuksesan urusan duniawinya dan di akhiratnya kelak. Pun dengan mereka yang mengikuti jalur keburukan akan memetik hasil perbuatan buruknya semasa hidupnya dan sesudah matinya.
Di antara penyebab perolehan keberuntungan, keberhasilan dan silih bergantinya kebaikan serta penghindaran dari segala bencana dan hukuman adalah do’a yang tulus ikhlas dalam kekhusuan serta kesungguhan hati dalam berdo’a. Sesungguhnya Allah SWT suka dimohon dan justru memerintahkan kita untuk selalu memohon kepadaNya. Sebagaimana firman-Nya:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS Ghafir : 60).
Do’a sangat dianjurkan setiap waktu. Karena do’a merupakan sebuah ibadah yang berpahala besar. Do’a dapat mewujudkan segala kebutuhan pribadi dan umum, urusan dunia dan akhirat, ketika hidup dan setelah mati. Mengingat manfaat do’a yang demikian besar ini, maka Allah SWT mensyariatkannya dalam ibadah-ibadah fardhu sebagai perbuatan yang wajib dilaksanakan atau disunnahkan. Hal itu merupakan bentuk kasih sayang dan anugerah dari Allah SWT agar kita ikuti jalan yang telah diajarkan kepada kita.
Kebutuhan akan do’a menjadi sangat mendesak terutama pada zaman sekarang di tengah-tengah menggejolaknya fitnah, melandanya banyak bencana, munculnya kelompok-kelompok yang memecah belah barisan umat Islam, menghalalkan darah dan harta benda yang seharusnya terjaga, bersikap angkuh terhadap ilmu dan para pengemban ilmu, musuh-musuh Islam mengepung dan bersekongkol jahat terhadap kaum beriman, bersikap acuh dan berseberangan serta bersengketa di antara kaum muslimin sendiri.
Allah SWT memuji mereka yang berdoa dengan penuh kerendahan hati kepada-Nya ketika tertimpa persoalan-persoalan genting dan kritis. Dalam Al-Quran pun kita banyak temukan banyak kisah, bagaimana para nabi dan rasul berdoa kepada Allah SWT dalam menjalani hidup, menghadapi rintangan dan kesulitan. Kita dikisahkan mulai dari tentang bagaimana nabi Adam dan Siti Hawa berdoa dan memohon ampun kepada Allah setelah memakan buah telarang, bagaimana Nabi Yunus berdoa ketika berada dalam perut ikan paus, nabi Ayyub berdoa ketika ditimpa penyakit yang mengerikan, hingga kisah Nabi kita Nabi Muhammad SAW yang berdoa saat perang Badar dan mendapat kemenangan bagi Islam. Maka jika para nabi utusan Allah SWT saja berdoa, lalu mengapa kita sebagai manusia biasa tidak? Sungguh teramat sombongkah kita ini.
Dengan doa, segala kesulitan dan malapetaka dalam hidup ini dapat diatasi ketika ketidakberdayaan manusia dalam mengusahakannya. Rasulullah SAW bersabda :
(إنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ ، فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاءِ (رواه الترمذي والحاكم
“Sungguh doa itu bermanfaat untuk mengatasi persoalan yang sudah terjadi dan yang belum terjadi, maka hendaklah kalian berdoa wahai hamba Allah.” (HR. Tirmidzi dan Alhakim).
Abu Hurairah RA pun meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya Allah SWT berfirman :
( أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دعاَنِى (رواه البخاري ومسلم
“Aku sesuai persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku selalu bersamanya ketika ia memohon kepada-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Doa merupakan faktor utama bagi turunnya kebaikan dan keberkahan serta tertangkisnya dan terangkatnya keburukan dari orang yang berdoa. Doa pula sebagai solusi yang dominan untuk melepaskan diri dari persoalan yang terjadi dan kesulitan yang menimpa. Ketika usaha telah dijalankan dan dilaksanakan dengan maksimal maka doa pun di sana tinggal akan berperan. Hingga doa kemudian disebut sebagai senjatanya orang beriman.
Seorang muslim sudah seharusnya mendekatkan diri kepada Allah dalam upaya melakukan perbaikan terhadap segala urusan dan melaporkan segala kebutuhannya kepada Allah SWT. Hendaklah memohon kepada Allah, apapun yang dibutuhkan, sedangkan puncak dari segala permohonan adalah ridho Allah SWT dan kenikmatan surga serta terhindar dari siksa neraka.
Berdoa tentu ada syarat-syaratnya dan etikanya. Antara lain, hendaknya orang yang berdoa memakan makanan yang halal dan mengenakan pakaian yang halal, tetap dalam koridor Sunnah Nabi dan mengikuti ketetapan Allah dengan menjalankan perintah-perintahnya, ikhlas dan hadirnya hati serta kemauan bulat dalam memohon dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagaimana firmanNya:
( وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ (الشورى:
“Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dan menambah (pahala) bagi mereka dari karunia-Nya.” (Qs As-Syura : 26).
Maka, marilah kita terus selalu memohon dan berdoa kepada Allah dalam setiap urusan yang kita hadapi dalam hidup yang sedang kita jalani. Selain untuk memperoleh kemudahan, kebaikan, keberkahan juga sebagai bagian ibadah kita kepada Allah sebagai bentuk takwa kita kepada-Nya.