Bisnis Kuliner di Era Digital dan Masa Pandemi

Dulu saya tidak pernah membayangkan dunia digital akan maju sepesat sekarang ini. Satu-satunya yang saya ingat adalah saya hanya membayangkan suatu saat nanti saya akan bisa berselancar di internet dengan laptop dari saung di pinggir sawah. Bayangan itu hadir saat mesin pencari Google baru berdiri beberapa tahun. Saat laptop adalah barang sangat mahal. Akses PC hanya bagi orang-orang berduit dan hanya ada di kantor-kantor atau di laboratorium sekolah. Apalagi saat itu, saat saya masih duduk di bangku SD, belum ada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi seperti saat ini.

Tapi saat ini, hampir semua hal di-digitalisasi-kan, bahkan produk digital bukan hal yang aneh lagi. Pun dengan bisnis, hampir semua bisnis go online. Padahal sebelumya tak pernah saya membayangkan kita dapat dengan mudah memesan makan hanya dengan sekali dua klik dari ponsel di rumah kita sambil rebahan di atas kasur.

Dampak Pandemi COVID-19

Semenjak pandemi COVID-19 semenjak awal 2020 lalu, hampir semua sektor terkena dampak. Tak terkecuali sektor ekonomi khususnya pelaku UMKM. Beberapa diantaranya bahkan tumbang. Setelah industri pariwisata, industri makanan dan minuman alias bisnis kuliner atau food and beverage (F&B) menjadi salah satu industri yang mengalami dampak terbesar di tengah pandemi COVID-19 ini. Go online pun menjadi sebuah keharusan. Saat semua orang tidak diperkenankan untuk berkumpul di tempat makan atau restoran, tapi kebutuhan akan makanan tetap tinggi, meng-online-kan bisnis kuliner FnB adalah sebuah kewajiban.

Dan benar bahwa katanya dibalik musibah pasti ada hikmah dan berkah. Karena selain terdampak buruk, bisnis kuliner juga menjadi paling berpotensi ‘menang’ di masa pandemi menurut Dcode EFC Analysis.

Yang Berpotensi Kalah dan Menang

Sebuah Peluang

Semenjak pandemi, penurunan omzet para pelaku UMKM sangat signifikan termasuk juga lapangan usaha penyedia makanan dan minuman. Penjualan online menjadi strategi juga sarana untuk mendongkrak kehidupan ekonomi di masa pandemi. Semenjak itu, e-commerce tumbuh pesat, penjualan via ojek online makin meningkat. Kini, memesan makanan telah menjadi kebiasaan orang-orang tidak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.

Peluang bisnis kuliner di era digital dan masa pandemi dapat dikembangkan dan dimaksimalkan secara optimal. Bisnis kuliner atau bisnis FnB yang tahan banting dan mampu beradaptasi di tengah pandemi dapat menjadi faktor yang keberhasilan bisnis kuliner. Bahkan dengan adanya perkembangan teknologi di era digital yang pesat ini, bisnis kuliner atau bisnis FnB dapat dikembangkan dan dikelola dengan lebih mudah, cepat dan efisien.

Layanan Pesan Antar Memperluas Pasar

Moda transportasi ojek online yang semakin menjamur semenjak kehadiran Gojek pada 2010 bisa menjadi salah satu penyokong terbesar utama bisnis F&B. Peluang menambah pelanggan dan memperluas pasar makin besar saja di era digital ini. Dengan adanya layanan pesan antar, pengusaha kuline dapat memperluas target konsumen serta pangsa pasar dengan menyediakan layanan pesan antar di masa pandemi. Kini pun terbukti, UMKM berbasis online menjadi solusi bertahan hidup saat pandemi Covid-19.

Media Sosial Jangkau Lebih Banyak Pelanggan

Kita tahu bahwa peningkatan pengguna internet dan media sosial di Indonesia sangatlah signifikan. Berdasarkan data yang hootsuite keluarkan pada awal tahun 2021, pengguna media sosial aktif mencapai 170 juta atau 61,8% dari jumlah 275 juta jiwa populasi penduduk Indonesia. Media sosial bisa menjadi platform yang sangat ampuh untuk mempromosikan segala jenis bisnis, termasuk bisnis kuliner ini. Jika dimanfaatkan secara optimal, bisnis kuliner akan dapat meraih jangkauan yang lebih luas dan juga biaya promosi yang jauh lebih hemat dibandingkan promosi offline.

Pemanfaatan Software Mudahkan Bisnis Kuliner

Salah satu software yang sering dimanfaatkan oleh pebisnis FnB adalah software aplikasi kasir online. Software aplikasi kasir online dapat mempermudah menjalani bisnis F&B. Cukup banyak bisnis yang memanfaatkan software ini sebagai penunjang bisnisnya. Saat ini, di Indonesia terdapat beragam pilihan software aplikasi kasir online yang dapat mempermudah menjalani bisnis F&B. Aplikasi tersebut dapat melakukan pencatatan pembelian dari customer, memperbarui stok ketersediaan produk, membuat invoice, hingga membuat laporan keuangan secara otomatis. Aplikasi kasir online tersebut mulai dari Qasir, Majoo, BukuWarung, hingga Hubster. Yang terakhir disebutkan, memungkinkan pebisnis kuliner mengintegrasi seluruh pesanan yang masuk dari berbagai sumber aplikasi pesan makanan online atau partner restoran seperti GoFood, GrabFood, ShopeeFood, ditambah lagi aplikasi pesan makana yang ada di daerah masing-masing. Jika di Pandeglang, tempat saya tinggal, ada ProFood dan B-Trans.

Order Management System

Salah satu sistem yang disediakan dalam software aplikasi kasir online adalah OMS atau Order Management System. OMS ini adalah sistem yang mengakomodir kebutuhan pengelolaan pesanan yang diterima oleh sebuah usaha dari pelanggan yang melakukan transaksi pembelian. Di dalamnya, OMS ini akan terus menyediakan informasi pembaharuan inventory, data pelanggan hingga informasi data order. Ini semacam software yang bisa membantu pebisnis kuliner sebagai merchants meningkatkan proses pemesanan, memeriksa persediaan, menjual di online marketplaces, dan masih banyak lagi.

Pada dasarnya Order Management System digunakan untuk melakukan proses pencatatan order ke dalam sebuah basis data agar mempermudah pelaku usaha untuk melakukan tracking ataupun melakukan reporting tentang transaksi penjualan yang telah dilakukan. Biasanya, dalam suatu Order Management System terdapat beberapa modul-modul yang digunakan untuk mendukung sistem ini, di antaranya adalah:

  1. Informasi mengenai produk
  2. Informasi pelanggan
  3. Pencatatan order
  4. Pemrosesan order
  5. Invoice/penagihan pembayaran

Tak hanya bisnis kuliner yang sudah go online, bisnis kuliner yang masih offline pun kini dituntut harus memiliki software Order Management System (OMS) ini, apalagi yang bersentuhan dengan marketplace (sama-sama online ga sih disebutnya kalo gitu?). Pokoknya yang bisnis offline pun kini pasti akan bersentuhan dengan yang berbau online, mau tak mau. Namanya juga era digital. Jadi, kenapa para pebisnis kuliner harus menggunakan Order Management System (OMS)? Kira-kira, ini beberapa alasan orang-orang yang berbisnis di F&B terutama, yang memilih go online menggunakan OMS:

  1. Meningkatkan dan mengoptimalkan alur kerja proses pesanan
  2. Mempermudah memeriksa persediaan
  3. Integrasi antar marketplace dengan mudah dan tidak ribet
  4. Bisa kirim dari beberapa lokasi pengiriman

Bisnis kuliner di masa pandemi memang tak mudah. Tapi perkembangan teknologi yang begitu pesat di era digital ini ikut membantu menjalankan bisnis yang akan hidup sepanjang manusia terus makan dan berkembang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *