Setelah 365 hari pertama, ini adalah 365 hari kedua kehidupanmu di dunia, Nak.. Tenang saja, ayahmu tak akan membuat catatan 365 hari ketiga, keempat, kelima, keenam dan seterusnya. Cukup dua kali saja. Karena dua tahun pertamamu adalah ujian paling awal dan penting bagimu, lebih-lebih bagi kami. Namun jika memang harus kembali menuliskan, ayah akan lakukan.
Nak, usiamu tepat dua tahun hari ini. Masa-masa yang cukup melelahkan namun sekaligus teramat menyenangkan bagi ayah dan mamahmu. Akhirnya kami lulus membersamai dua tahun pertamamu. Walau tidak berpredikat cum laude atau mumtaz tapi kami cukup bahagia telah lulus dengan memuaskan.
Nak, di usiamu yang kedua ini tak ada perayaan ulang tahun seperti orang-orang kebanyakan. Kami tidak memperkenalkannya hingga kau pun tak meminta. Namun jika suatu saat kau meminta, akan kami berikan. Namun tetap sesuai batasan. Perihal ini, ada hal-hal yang ingin ayah ajarkan. Jika pun harus ada perayaan, itu lebih kepada kami, ayah dan mamahmu, yang telah berhasil melalui masa-masa yang terhadapnya kami berjanji tak akan melewatkannya: masa dua tahunmu ini.
Di dua tahun pertamamu ini, kami telah berhasil tidak mengenalkanmu pada gadget. Keprihatinan pada apa yang kami lihat dan alami serta sedikit pengetahuan, membuat komitmen untuk tidak mengenalkanmu pada gawai. Kau lebih banyak bermain dan berinteraksi dengan kami, begitu pun sebaliknya, melebih interaksi dengan (si)apa pun. Kami percaya ada hal positif yang dapat diambil dari ini. Mulai dari imajinasi hingga kognitif. Mulai dari bicaramu yang telah jelas sebelum usia dua tahun, hingga perangaimu yang relatif mudah diatur. Hingga tetangga selalu memujimu karena dianggap lebih dewasa dibanding anak seusiamu. 😀
Dua tahun pertamamu ini, kami juga belum mengenalkanmu pada semua makanan dengan bumbu penyedap, pengawet, penguat rasa dan gula. Sebut saja jajanan seperti chiki, permen, es krim, coklat, hampir segala jenis kue yang mungkin belum ada dalam kamus rasamu. Makananmu sebenar-benarnya real food. Bahkan saat tahun pertama, kami belum mengenalkanmu pada garam dan gula. Berterima kasihlah kepada mamahmu yang telah susah payah mengolah dan mempersiapkan semua makanan itu untukmu.
Kami, ayah dan mamahmu, telah berhasil merawatmu berdua saja. Iya, berdua. Tanpa bantuan pengasuh atau asisten rumah tangga. Walau kami berdua bekerja, tapi kami berkomitmen akan merawat dan membersamaimu berdua. Kami berusaha tidak menitipkanmu pada orang lain. Sekuat dan sebisa mungkin kami membersamai tumbuh kembangmu. Kami ingin melihat dan menyaksikan langsung perubahan dan perkembanganmu. Kami ingin mengawal semua detail tentangmu dari A hingga Z.
Ayah ingat bagaimana langkah pertamamu sebelum lebaran tahun lalu. Bagaimana kau belajar menutup dan membuka botol. Ayah juga masih ingat ketika kau pertama kali mengucap kata ayah, mamah, dan Allah. Dan ayah pun akan selalu ingat ketika kau mengikuti suara adzan saat pertama kali dan minta ikut shalat ke mushala bersama. Kau telah belajar banyak hal, Nak. Pun dengan kami. Kau telah belajar banyak huruf dan kosakata. Pun dengan kami telah banyak belajar mengelola jiwa dan raga. Telah banyak belajar bagaimana menjadi orang tua yang seharusnya.
Dalam dua tahun pertamamu ini. Maafkan jika kami pernah sedikit melanggar komitmen yang kami bangun. Mungkin pernah sekali selama beberapa jam kami menitipkan pada nenekmu, atau sekali dua kali membuka ponsel di depanmu tidak pergi ke kamar atau menyembunyikannya, atau juga pernah berkata dengan sedikit nada tinggi karena kau yang tidak membuka sendal saat masuk padahal rumah baru saja dipel. Atas semau khilaf dan kealpaan itu, kami memohon maaf. Itulah sebabnya kami tidak berani menyebut lulus dengan predikat cum laude atau mumtaz dalam mengasuhmu dua tahun ini.
Ayah masih ingat ketika kita kebingungan perkara tempat tinggal karena pandemi hingga harus berpindah-pindah. Pandemi telah mengubah banyak rencana dan harapan banyak orang, Nak. Termasuk kita. Banyak rencana yang telah kami susun untuk perjalanan hidup kita, namun tiba-tiba berubah begitu saja. Bukan hanya karena kedatanganmu ke dunia, tapi karena kedatangan pandemi corona.
Banyak sekali hal yang sesungguhnya ingin sampaikan. Tapi ayah tuliskan saja dulu dalam catatan-catatan mendatang agar dapat diingat untuk kemudian diceritakan atau kau baca setelah dewasa.
Kini ayah dan mamahmu punya tugas baru yang tak kalah menantang. Bersamamu, merawat dan menemani tumbuh kembang adikmu yang telah seperempat tahun usiamu: Dzikri Muhammad Nurkholish.