أشكرك الله

Seolah tak percaya bisa melewati masa-masa yang cukup sulit setahun ini,,

Ketika teman-temanku bisa menghadiri perkuliahan seratus persen, aku harus rela izin berkali-kali untuk hal yang tak bisa kutinggalkan di pondok.

ketika teman-temanku menghabiskan akhir pekannya dengan berlibur, berjalan-jalan mengobati kepenatannya, dengan kekasihnya ataupun dengan kesendirian mereka, aku tak pernah bisa merasakan hal itu.

Begitu juga,, ketika teman-temanku menghabiskan uang jajan di kantin atau tempat lain, aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan keinginan itu, demi sebuah penghematan.

Ketika teman-temanku menunggu kiriman dari orang tua mereka tiap akhir bulannya, sekalipun aku tak pernah merasakannya.

Dan,,

ketika teman-temanku bisa fokus pada satu disiplin ilmu yang dipelajari, aku harus berbagi fikiran dengan yang lain.

Jujur aku masih cinta kimia..

Aku ingin menjadi Al-Ghazali yang haus akan ilmu, aku ingin menjadi Ibnu Sina yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu,

Kecewa, saat untuk pertama kalinya dalam hidupku di usir oleh Dosen dari kelas karena sudah sangat amat terlambat,



Malu, saat harus di sebut ‘si tukang telat’ karena selalu telat saat Mata Kuliah pertama karena harus menunggu lama angkutan umum yang tak kunjung datang,

Khawatir saat tak bisa membeli buku kuliah hingga harus berbagi untuk sebuah buku dengan teman setiaku di SMA, Suhendra,

Thanks, dra…!

You’re my best friend

Bingung, saat bagaimana bisa pulang ke pondok karena kehabisan ongkos, hingga terpaksa harus menginap di kost an teman dan mengerjakan makalah teman esoknya untuk bisa pulang.

(sangat) Bosan, saat menunggu berjam-jam di dalam angkutan umum agar bisa penuh karena penumpangnya yang jarang.

Risih, saat berangkat kuliah dengan menumpang mobil dapur yang hendak ke pasar, lagi-lagi demi sebuah penghematan.

Masih ingat, ketika teman-temanku selama minggu tenang menjelang ujian mempersiapkan untuk menghadapi UAS, aku masih di sibukkan dengan pekerjaan pondok hingga malam H-1 sebelum UAS.

Tapi semunya bisa terlewati selama setahun ini, karena katanya tahun pertama itu adalah tahun-tahun sulit yang setelah itu akan terasa lebih mudah.



Puas rasanya bisa kuliah tanpa pernah menyusahkan mamahku dirumah,

Tanpa pernah menjadi beban baginya, tanpa pernah merasa menyusahkannya,..

Tapi bukan berarti ia berlepas tangan dari semua ini.

Tapi justru aku dapat bertahan hingga saat ini, bukan karena apa-apa melainkan karena do’anya yang dipanjatkan setiap malamnya untuk anaknya ini.

Aku tahu itu.

Mungkin dia tidak memberiku bantuan materi, tapi dia memberikanku bantuan yang justru tak bisa tergantikan oleh materi.

Terima kasih mah, yang membuatku bertahan hingga detik ini..

Aku bersyukur sekali.



Kadang ku tak percaya bisa bertahan hingga saat ini.



Asyukuruka Ya Allah.,

Allahumma a’inna ‘ala dzikrika wa syukrika wahusni ‘ibadatik…

Rabbana auzi’na an nasykuro ni’mataka allati an ‘amta ‘alaina wa’ala waalidaina wa anna’mala shoolihan tardhoh wa adkhilna birohmatika fi ‘ibaadika asshoolohin.


(Refleksi Kuliah di Tahun Pertamaku)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *