Valentino Rossi, Sang Legenda Ikon MotoGP

Jika dunia basket NBA punya Michael Jordan yang bisa terbang lama saat melompat sehingga dijuluki Air Jordan, dan dunia balap F1 punya Michael Schumacher yang dijuluki Rain Master karena keahliannya membalap di bawah hujan deras yang tak tertandingi, maka dunia MotoGP pun punya Valentino Rossi yang dijuluki The Doctor yang dengan keahlian membalap dan mengembangkan motornya telah menjelma menjadi salah satu pembalap terhebat dalam sejarah MotoGP. Valentino Rossi memutuskan untuk menjadikan sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol sebagai tempat terakhirnya menggeber si kuda besi tadi malam, 14-12-21. Ya, Valentino Rossi telah memutuskan pensiun setelah 25 tahun menjadi pembalap profesional di MotoGP.

Baik Michael Jordan ataupun Michael Schumacher, keduanya disambut kesedihan luar biasa oleh para fansnya saat memutuskan pensiun. Pun Valentino Rossi, disambut keharuan dan air mata bahkan tak hanya oleh fans, tapi juga hampir semua orang yang pernah menonton Rossi dan MotoGP, dari laki-laki sampai perempuan, dari orang tua sampai anak-anak, dari dulu hingga sekarang.

Valentino Rossi, 25 tahun sebagai pembalap profesional MotoGP

Valentino Rossi: Ikonik, Nyentrik dan Kharismatik

Setelah ini, tak ada lagi tribun penonton di sirkuit balap yang dihiasi kibaran bendera kuning saat pergelaran MotoGP. Setelah ini, di sudut-sudut kampung tak ada lagi kata-kata ‘mau nonton Rossi’ saat hendak menonton MotoGP di televisi. MotoGP adalah Rossi, dan Rossi adalah MotoGP. Valentino Rossi adalah ikon dari MotoGP selama lebih dari 25 tahun terakhir. Selama 25 tahun itu pula Valentino Rossi tak tergantikan sebagai ikon MotoGP, walau banyak pembalap muda juara baru yang datang silih bergantian, mulai dari Casey Stoner, Jorge Lorenzo, Marc Marquez, hingga Fabio Quartararo. Dunia MotoGP bisa sepopuler saat ini karena nama besar Valentino Rossi juga. Bukan hanya tim Yamaha yang patut berterima kasih pada Rossi yang mengakhiri paceklik 10 tahun juara saat 2004 Rossi datang ke paddock Yamaha, tapi Carmelo Ezpeleta, CEO Dorna, penyelenggara MotoGP juga patut berterima kasih pada Valentino Rossi. Semenjak kedatangan manusia nyentrik nan kharismatik bernama Valentino Rossi di MotoGP, tiket menonton di sirkuit makin laris dalam penjualan, sponsor makin banyak berdatangan dan hak siar MotoGP makin banyak permintaan. Semakin populer MotoGP, semakin tertumpuk pula pundi-pundi.

Dari kepribadian, Valentino memang banyak disenangi oleh kru dan hampir semua orang di paddock. Untuk diketahui, paddock adalah garasi markas setiap tim balap yang biasa digunakan sebagai tempat masing-masing tim balap menyimpan peralatan balap yang digunakan selama MotoGP berlangsung. Kabarnya, sebelum Rossi datang tahun 2000 ke Honda, paddock Honda diselimuti penuh ketegangan, keseriusan, bahkan amarah saat balapan berlangsung. Terlebih jika pembalap kalah. Tapi setelah Rossi datang, paddock berubah 180 derajat menjadi penuh keceriaan dan penuh warna gembira karena kepribadian Rossi yang disukai dan mudah diterima orang-orang. Pembawaanya yang selain nyentrik dan kharismatik, juga supel, ramah dan respek, secara tak langsung telah meningkatkan kinerja timnya hingga loyalitas kepada Rossi. Sebut saja Alex Briggs, salah satu mekaniknya yang bekerja dengan Rossi selama dua puluh tahun mulai dari di Honda, lalu ikut Yamaha, ke Ducati, hingga kembali ke Yamaha.

VR46 dan YZR-M1

Kalo kata Mojok, Rossi VR46 dan motornya, terutama YZR-M1 Yamaha, sudah wahdlatul wujud. Sudah melebur menjadi satu. Coba yang pernah nonton MotoGP, pernahkah lihat Rossi marah-marah, memukul atau bahkan menendang motornya saat ia dan motornya jatuh terpelanting saat balapan? Yang terjadi malah sebaliknya, saat Rossi terjatuh yang pertama dilakukannya adalah menyambangi motornya dan mengecek apakah kondisi si motor baik-baik saja. Bahkan jika yang sering memperhatikan setiap akan start, Rossi selalu punya ritual jongkok khusyu di sebelah motornya, seolah sedang berbicara dan mendengarkan satu sama lain sebelum mereka balapan. Rossi juga selalu memperlakukan motornya seperti manusia. Ia mengelus dan mencium motornya. Bahkan saat hendak pindah dari Yamaha ke Ducati karena konflik dengan Lorenzo di Yamaha pada 2011, Rossi mengirimkan surat perpisahan khusus untuk motor Yamaha yang bernama YZR-M1 itu. Rossi bahkan punya motor YZR-M1 di kamarnya. VR46 dan YZR-M1 sudah manunggaling.

Sebelum balapan terakhirnya di Valencia kemarin, saat Rossi diperlihatkan 9 motornya yang telah membawanya juara dunia MotoGP, ia terlihat seperti seseorang yang tengah bertemu kawan lawan, bukan bertemu sebuah benda mati bernama motor. Banyak yang berkomentar Rossi menjumpai motornya dengan terlihat penuh kecintaan di matanya. Hingga saat ini, tak ada pembalap dan motornya mempunya ikatan seperti itu. Bahkan Marc Marquez yang digadang-gadang akan menggantikan sosok Valentino Rossi di masa depan.

VR46 dan 9 Motor Juaranya

Dari 372 balapan yang dijalani, tahun 2015 adalah balapan yang paling emosional dan menguras hati. Saya bahkan mendownload hampir semua balapan di tahun itu. Hha.. Mulai dari Seri Qatar hingga Valencia yang penuh kontroversi dan emosi. Kontroversinya dengan Marc Marquez pasti tak akan pernah dilupakan oleh semua orang terlebih para fans Valentino Rossi. Tahun itu adalah sebuah tahun kesedihan bagi VR46 dan semua fansnya. Kehilangan juara dunia di depan mata dan terpaut hanya 5 poin dari Jorge Lorenzo di akhir kejuaraan yang padahal sudah memimpin dari awal adalah sesuatu yang menyesakkan. Drama dengan Marc Marquez yang disebut Sepang Clash telah memupuskan VR46 untuk menggenapkan juara untuk yang ke-10 kalinya .

Rossi dan Kita

Mereka yang pernah menonton dan hidup di masa Rossi membalap, amatlah beruntung bisa menonton hiburan dalam ajang MotoGP. Saya pribadi, yang tergolong memiliki sedikit hobi, salah satunya menonton MotoGP setiap 2 akhir pekan sekali, merasa beruntung bisa menonton VR46 semenjak SD 20-an tahun lalu hingga saat ini. VR46 selalu berhasil menyuguhkan aksi-aksi yang mempesona saat balapan. Terlebih di masa jayanya saat masih muda sebelum memasuki usia 30-an. Walaupun saat free practice tercecer dan terseok-seok, namun di hari balapan melesat seperti kesetanan. Dari sanalah julukan Sunday Rider datang. Pun saat balapan, VR46 tak langsung melesat sekencang-kencangnya sejak start seolah berusaha melebarkan jarak sejauh mungkin dengan para rider saingannya. Balapan bagi Rossi bukan sebatas berlomba adu cepat dan kompetisi dari garis start hingga garis finish. Tapi balapan juga adalah entertaining. Dan Valentino Rossi adalah entertainer sejati di dunia balap motor ini. Terima kasih, Valentino! Gracie, Vale!

Gracie, Vale!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *